Secret in Marriage

 

Bab 16

 

 

untitled-1

Nyonya Jung bergegas membantu besannya untuk merapikan barang-barang Nayoung. Ia mengepak beberapa keperluan untuk menantunya, sedangkan Ibu Nayoung sibuk membereskan lemari pakaian yang terlihat  berantakan. Tuan Jung, Jihye dan Jung-in hanya dapat melihat dua orang itu sibuk dengan kegiatannya. Entah apa yang ada dipikiran kedua ibu-ibu itu sehingga tega untuk menyembunyikan Nayoung dari suaminya.

“Ingat, jika Yunho bertanya pada kalian. Kalian harus diam.” Nyonya Jung berujar tenang, namun tegas. Tak ada yang membantah, mereka hanya mengangguk. Nyonya Jung dan Ibu Nayoung selesai membereskan barang-barang Nayoung, lalu segera meninggalkan apartemen Yunho.

“Ayah, kita harus bagaimana?” tanya Jihye risau, Tuan Jung mengangkat bahu acuh.

“Yunho dan Nayoung sudah dewasa, jangan ambil pusing. Kau dan Jung-in sebaiknya segera bersiap, kalian harus kuliah,” Tuan Jung memandang putrinya sebelum meninggalkan apartemen Yunho dan menguncinya.

 

***

Ditempat lain, Yunho memacu mobilnya untuk segera menuju kerumah sakit terdekat. Hampir saja ia membuat kesalahan yang fatal. Darah mengalir disela kaki Hyejin. membuat Yunho semakin panik. Pikirannya semakin kacau, entah kenapa ia membayangkan Nayoung yang berada di sampingnya. Yunho mendesah lega saat ia sampai di pelataran Rumah Sakit Internasional.

Beberapa tim medis dengan cepat membawa Hyejin ke ruang gawat darurat. Yunho mengusap wajahnya lelah. Lalu merogoh ponselnya untuk menghubungi tangan kanannya.

“Kau sudah menyiapkan apa yang aku minta?” ujar Yunho dengan tenang,

“…”

Senyum licik Yunho terkembang, “bagus. Oh, tolong kau  bersihkan rumah ku yang ada di pinggir kota. Besok aku akan kesana,”

“…”

***

Nayoung berbaring di tempat tinggal barunya. Tempat tinggal yang nyaman dan tenang. Tak ada satu orang pun yang mengetahui ia di sini, kecuali Nyonya Jung dan ibunya. Nayoung sengaja meminta waktu untuk sendiri. Rasanya, semua cobaan itu datang bertubi-tubi padanya. Yunho juga seperti hilang ditelan bumi. Dua hari ini ia tak menjenguknya, sejujurnya ia merindukan sosok Yunho. Namun hati kecilnya menepis itu. Melihat Yunho sama saja membuka lukanya kembali. Nayoung mengelus perutnya yang datar. Apakah Tuhan marah pada mereka? Apakah ini balasan Tuhan atas perbuatan mereka dulu. Lagi air mata Nayoung mengalir membasahi pipinya.

Nyonya Jung sendiri hanya dapat terpaku di ambang pintu. Kejadiaan ini memang membuat semua orang bersimpati pada Nayoung. Nayoung terlalu stress hingga ia mengalami keguguran. Seperti itulah yang Yunho katakan padanya.

Entah apalagi yang dilakukan putranya, hingga membuat Nayoung seperti ini. Yunho, entahlah anak itu sepertinya memang belum berubah. Nyonya Jung bertekad untuk membuat Yunho sadar, untuk lebih memperhatikan istrinya lagi. Ia sengaja membantu Nayoung untuk hilang sejenak dari Yunho. Menurutnya akhir-akhir ini Yunho memang terlihat sangat egois. Ia terlalu keras berusaha demi perusahaan yang tengah dibangunnya, dan itu membuatnya mengabaikan orang-orang sekitarnya—termasuk istrinya.

“Apa kau yakin, Yunho tidak akan mengamuk saat tiba di rumah sakit?” tanya Ibu Nayoung prihatin. Seharusnya mereka berdua saling menguatkan. Seharusnya Yunho selalu berada di samping Nayoung. Tidak kabur-kaburan seperti anak remaja.

“Tak apa, sekali-kali Yunho harus diberi pelajaran,” Nyonya Jung tersenyum. Lalu mengelus bahu besannya.

“Aku sudah menghubungi sepupuku untuk mengawasi Nayoung, jadi kau tenang saja.” Ibu Nayoung terlihat ragu, namun Nyonya Jung tetap dengan senyuman ia meyakinkan besannya.

“Baiklah,” putus ibu Nayoung dengan lega, Nyonya Jung dan Ibu Nayoung segera meninggalkan rumah sederhana yang ada dipinggiran kota.

***

Langit semakin gelap, kilatan guruh mulai saling menyaut. Taehwan mengerang geram karena tak menemukan Hyejin di apartemennya. Brengsek! Kemana perginya Hyejin. Taehwan yakin jika Hyejin tak akan pergi jauh mengingat ia tengah hamil tua. Matanya menatap tajam ke seluruh penjuru ruangan, sial. Kenapa ia mau saja membawa Hyejin untuk kembali ke Seoul. Taehwan kembali mengumpat dalam hatinya.

Ponsel smartphones miliknya berbunyi, Taehwan menyipit sejenak. Lalu menarik napasnya, siapa ini. pikirnya heran. Tanpa menunggu lama akhirnya ia menekan tombol hijau yang ada disebelah kiri.

“Hallo…”

Tak terdengar suara apapun disana, Taehwan mulai naik darah.

“Hallo…”

“Ck…”suara decakan itu membuat Taehwan menengang. Yunho. Taehwan terdiam ditempatnya, menunggu kata-kata yang akan Yunho ucapkan.

“Kau merindukan simpananmu, Tuan Park?” sindirian Yunho terasa menohok, Taehwan kembali menyipit.

“Jangan katakan jika kau…”

Diseberang sana Yunho tersenyum dengan sinis, “kau benar. Dia bersamaku sekarang, ingin menemuinya?”

Belum sempat Taehwan menjawab, Yunho sudah memotong ucapannya “selesaikan dulu masalahmu dengan ku…” klik. Sambungan telpon diantara keduanya terputus. Membuat Taehwan mengerag frustasi.

 

***

 

Hening,

Yang terdengar hanya alat bantu pernapasan dan suara lalu-lalang orang yang ada di luar ruangan. Mereka berdua saling diam. Pikiran mereka kosong, hingga wanita itu buka suara.

“Kenapa kau menyelamatkan, aku?” tanyanya parau. Lelaki bermata musang itu terdiam. Lalu menarik napasnya sejenak

“Pentingkah itu bagimu?” tanya nya tak senang. Wanita itu mengangguk.

“Anggap saja aku sedang berbaik hati, aku akan segera menghubungi Donghae. Kau tunggulah di sini. Aku rasa Donghae juga mengkhawatirkanmu,” Yunho bangkit dari duduknya.

“Tidak,” gumam Hyejin lemah. “aku tak membutuhkannya. Tolong jangan beritahu dia.”

Yunho terdiam di tempatnya, lalu memandang Hyejin dengan iba. “lihatlah kondisimu sekarang, sebentar lagi kau akan melahirkan. Jika suamimu tak mendampingi, kau ingin berbagi luka dengan siapa?” Yunho berujar tenang dan datar. Hyejin terdiam di tempatnya. Benar. Dengan siapa lagi ia harus membagi lukanya. Hanya Donghae dan calon bayinya –yang ada dalam kandungannya – yang dia miliki. Selain itu tak ada. Tanpa terasa air mata Hyejin menetes, membasahi pipi tirusnya. Yunho mendekat. Mengelus kepala Hyejin.

“Tenangkanlah hatimu, setelah kau tenang aku akan membawa Donghae kemari,” Yunho lalu meninggalkan ruang rawat inap milik Hyejin.

 

***

Yunho mendatangai ruang inap Nayoung, namun ia sama sekali tak menemukan keberadaan istrinya di sana. Mungkin Nayoung tengah mencari udara segar. Pikirnya. Setelah berkutat dengan ruang inap istrinya, Yunho bergegas untuk ke taman belakang rumah sakit. Siapa tahu ia menemukan istrinya tengah duduk merenung di sana. Sesampainya di sana nihil. Jejak istrinya tak ada. Yunho kembali lagi ke ruang inap istrinya dan yang terlihat di sana hanya seorang perawat yang sudah merapikan tempat tidur yang pernah di tempati Nayoung.

“Maaf, kenapa di bereskan? Bukan kah Nyonya Jung masih menginap di sini?” tanya Yunho berhati-hati

“Nyonya Jung sudah meninggalkan rumah sakit sejak malam tadi,Pak,” Yunho terdiam di tempatnya. Meninggalkan rumah sakit? Dengan siapa?

“Sendiri?” tanya Yunho dingin

Perawat itu nampak sedikit ketakutan melihat raut wajah Yunho yang menyeramkan. “Dengan Ibunya, setelah membayar administrasi rumah sakit dan menemui Dokter Lim mereka langsung pergi,” Ibunya? Ibu mertuanya atau… Yunho harus memastikan sendiri dengan siapa Nayoung pergi. Ia tak ingin kecolongan sekali lagi.

“Baik, terima kasih.” Yunho melangkah meninggalkan rumah sakit.

***

Nayoung mencoba untuk menyembuhkan luka hatinya, ia harus bangkit. Mungkin bayi itu memang bukan rezekinya, dan bisa saja nanti Tuhan akan memberikan sesosok bayi mungil ditengah-tengah mereka setelah semua permasalahan ini selesai.

Nayoung bergegas meninggalkan kamarnya dan menuju  ke depan rumah milik keluarga Bibi Yunho. Di sana ia bisa melihat pemandangan pedesaan yang menyejukkan mata. Sepoi angin yang menerpa wajahnya serta menerbangkan rambut panjangnya membuatnya nyaman. Nayoung merasa ia harus melepaskan beban dan menyembuhkan lukanya,setelah ia tenang ia baru menemui Yunho. Memikirkan lelaki itu, rasanya seperti ada duri yang menusuk ulu hatinya. Rindu tapi sesak saat membayangkan luka yang ditorehkan Yunho padanya.

“Nak, jangan berdiri di sana. Kemarilah, kau akan mendapatkan pemandangan yang lebih menakjubkan,” seru perempuan paruh baya. Bibi Han. Bibi Yunho dari pihak ibunya. Nayoung mengangguk, perlahan kakinya melangkah menuju ke Bibi Han yang tengah bersiap untuk segera ke ladang.

“Selamat pagi, Bi. Maaf merepotkanmu,” Nayoung berujar lembut. Bibi Han tersenyum

“Tak apa, kau mau menemani Bibi ke ladang? Di sana jauh lebih indah. Kau bisa melihat padi yang hijau dan  udara yang segar, sangat cocok untukmu,” Nayoung mengangguk. Kakinya mengikuti langkah-langkah Bibi Han.

***

“Ibu, kau harus bersiap-siap menerima amukan oppa,” teriak Jihye dengan lantang setelah melihat mobil range rover milik kakak sulungnya melaju ke halaman rumah mereka. Nyonya Jung yang sedang meminum teh hangat langsung tersedak.

“Ya! Anak ini,” Nyonya Jung mengelus dadanya pelan “ kau tidak lihat ibumu sedang minum? Lihat aku jadi tersedak,” Gemas Nyonya Jung. Lalu mengambil tisu yang ada di depannya.

“Bersikaplah biasa saja, anggap tak tahu apa-apa. kalau perlu kau masuk ke kamar sana. Jangan keluar sebelum oppa mu pergi dari rumah,” Nyonya Jung beranjak dari duduknya. Ia segera menemui putranya yang berada di bawah.

Jihye mencibir sikap ibunya yang seperti ini. sepertinya ibu benar-benar marah pada oppa. Sehingga sampai berbuat hal gila macam ini.

Nyonya Jung melihat raut frustasi di wajah putranya. Apakah Yunho menyesal sekarang? Apakah ia baru menyadari sikapnya selama ini salah. Nyonya Jung turun menemui putranya yang tengah terduduk gelisah di sofa.

“Merindukan ibu, putraku?” tanya Nyonya Jung sambil tersenyum. alih-alih menjawab, Yunho hanya mencibir sikap ibunya.

“Ibu tahu di mana Nayoung berada?” tanpa tedeng aling-aling Yunho bertanya pada ibunya. Nyonya Jung mendengus

“Dia istrimu, kenapa bertanya pada ibu.” Nyonya Jung duduk di depannya. Yunho tersenyum kecut. Sepertinya ia tahu siapa dalang dibalik ini semua. Ibunya. Pasti dia, melihat reaksi Nyonya Jung yang terlihat tenang, lalu bersikap seolah tak peduli. Benar-benar bukan sifat ibunya, mengingat Nayoung adalah menantu kesayangan dan satu-satunya. Yunho mengederakan pandangannya kebeberapa penjuru ruangan, berharap ia akan menemukan mertuanya dan adik iparnya. Namun nihil.

“Jadi…” ujar Yunho menggantung. Nyonya Jung menunggu hingga ucapan Yunho selesai. Lelaki itu  tersenyum miris. “di mana Nayoung, bu?” tanya Yunho dengan tenang.

“Kenapa bertanya pada ibu, aish. Anak ini,” gumam Nyonya Jung kesal. Yunho menarik napasnya panjang. Lelah dan gelisah, entah apa motif ibunya menyembunyikan Nayoung. Paling tidak sekarang Nayoung tengah berada di tempat yang aman. Sehingga ia bisa sedikit tenang menyelesaikan masalahnya dengan Donghae dan Taehwan. Yunho menarik napas, lalu bangkit dari duduknya.

“Sampaikan salam rinduku pada Nayoung,bu.”

Nyonya Jung mendengus kesal menatap anak sulungnya. Lelaki itu pergi begitu saja? Tanpa berusaha mencari di mana istrinya? Nyonya Jung mendengus kesal. Ia hendak memaki Yunho sekarang juga. Namun ia masih memikirkan akibat dari sikapnya. Bukan apa-apa jika ia sudah marah dan meneriaki anaknya, mulut cantiknya itu tidak bisa direm mendadak. Pasti rahasianya akan terbongkar.

“JUNG YUNHO TEMUKAN MENANTUKU, JIKA TIDAK MATI KAU!” Teriak Nyonya Jung saat Yunho menapai pintu keluar. Jihye yang melihat kejadian itu dari lantai atas hanya terkikik geli. Percuma saja Yunho dipancing seperti itu. Lelaki itu tak akan mau bertindak jika belum waktunya. Ibunya hanya menghabiskan tenaga dan waktu. Jihye menatap Ibunya yang sudah sangat berapi-api,terlihat sekali wanita paruh baya itu ingin memaki Yunho habis-habisnya. Atau kalau diizinkan mungkin Nyonya Jung akan menguliti putranya sekarang juga.

“Ibuku yang malang,” ejek Jihye disertai senyum yang terkulum.

 

***

Tatapan mereka beradu, sarat akan kekuasaan dan saling menyerang. Suasana di sana terasa menyeramkan, mengingat mereka hanya saling beradu pandang tanpa ada kata yang terucap. Helaan napas yang lelah dari Jung Yunho membuat Donghae mencibir meremehkan.

“Mau apa kau kemari?” tanpa memandang lagi, Donghae bertanya dengan raut tak senang. Yunho tersenyum miring—sinis dan miris.

“Heh…” ia beranjak dari tempat duduknya. Hari ini, ia akan menekan egonya untuk tidak menghakimi Donghae. Setidaknya ia tak harus melewati batas, ini urusan rumah tangga temannya. “sebenarnya aku tak ingin ikut campur masalah rumah tanggamu,” Yunho berujar dengan tenang.

Donghae terpaku, tak biasanya Yunho membahas masalah rumah tangganya. Meski sebenarnya Yunho tahu selama ini sikap Donghae pada Hyejin sangat kerterlaluan. Donghae tak pernah memperlakukan Hyejin selayaknya. Kadang Donghae memperlakukan Hyejin dengan sesukanya seperti wanita murahan yang tak ada arti.  Yunho sebisa mungkin untuk tak ikut campur. Sampai kejadian beberapa minggu lalu membuatnya harus bertindak. Ini semua tak benar, terlalu banyak korban atas apa yang mereka lakukan di masalalu.

Donghae paham sekarang, kenapa pagi-pagi sekali Yunho sudah ada di dalam ruangannya. Duduk dengan tenang menunggunya datang. Ia kira Yunho tak akan pernah mau menginjakkan kakinya di sini lagi. Mengingat beberapa hari lalu mereka melakukan adu jotos, seperti seorang remaja labil.

“Aku tak pernah memintamu untuk ikut campur, Yunho-ssi.” jawab Donghae cepat. Yunho mengangguk pelan dan tenang.

“Aku juga tak ingin, ini terpaksa. Aku ingin menyampaikan satu hal penting yang tentu saja tidak gratis.” Yunho berbalik menatap Donghae yang terlihat berpikir, Yunho tersenyum. matanya menyipit tajam, sarat akan emosi di sana. Donghae bisa melihat itu.

“Apa kau pernah membocorkan tentang taruhan kita pada seseorang?” tanya Yunho mengintimidasi. Donghae diam seketika. Ia tak dapat berkelit, mata Yunho benar-benar membuatnya tak percaya diri jika harus memilih untuk berbohong.

Yunho menangkap sedikit rasa ragu dalam mata Donghae. Jika benar… hanya pada satu orang Donghae berani membocorkan rahasia itu,

“Pada Gina, mungkin?” tandas Yunho cepat. Donghae membeku. Yunho menarik napasnya dengan gusar. Menatap Donghae dengan pandangan mengitimidasi. “jadi benar? Kau membocorkan masalah ini dengan Gina?” tanya Yunho menyelidik. Donghae bergerak gugup, napasnya tak teratur. Dan Yunho sudah membaca gelagat itu. Jadi Donghae yang mengatakan ini kepada Gina. Lalu kenapa bisa sampai Taehwan mengetahui ini. Yunho berpikir keras.

“Maafkan aku tentang itu,” Donghae duduk di depan Yunho dengan tenang. Yunho mendengus sinis.

“Kau masih menyukai Gina?” cecar Yunho langsung. “Jika kau memang masih menyukai Gina, aku harap kau lepas Hyejin. Sudah cukup kau menyakitinya dan masalah taruhan itu. Kau menang,”

Donghae tersentak. Ia menatap Yunho dengan amarah yang tak bisa diluapkan. Ingin rasanya ia menghajar Yunho sekarang. Namun hati kecilnya melarang. Yunho temanmu, jangan sampai masalah ini membuat kalian kembali seperti anak SMA yang selalu menyelesaikan masalah dengan otot. Donghae menarik napasnya panjang, sembari memejamkan mata. Yunho melangkah meninggalkan ruangan Donghae. Ia tahu, ia sudah melewati batas dan ikut campur dengan rumah tangga temannya. Tapi ini perlu, setidaknya jangan ada lagi pihak yang tersakiti. Saat tangannya mencapai handle pintu, Yunho teringat akan Hyejin yang tengah hamil tua.

“Temui istrimu,” ucap Yunho dengan nada rendah.

“Tak perlu memerintahku, jika aku tahu di mana dia aku pasti akan menemuinya.” Balas Donghae sewot. Yunho mengangguk, tangannya melepas handle pintu—yang tadi di peganggnya—dan berbalik.

“Aku sudah menemukan istrimu,” tantang Yunho dengan tangan bersidekap di dada. Donghae yang tadinya duduk tenang, kini bakit dan menatap Yunho dengan tak senang. Brengsek. Kejutan apalagi yang disiapkan Yunho. Makinya dalam hati.

Yunho merogoh saku jasnya, secarik kertas kecil yang berisi alamat di mana Hyejin tinggal untuk sementara waktu. “Temui dia, selesaikan masalahmu.” Yunho menyerahkan kertas itu dengan kasar. Ia meremas kertas itu sampai berbentuk bulatan dan meleparkannya pada Donghae.

“Sampai jumpa.”

Yunho meninggalkan Lee Corp dengan senyum sinis di wajahnya. Satu masalah selesai, sekarang ia harus menemui Gina, ah tidak. Taehwan terlebih dahulu. Yunho masuk ke dalam mobilnya.

***

Nayoung membantu Bibi Han menyiapkan makan malam untuk mereka. Kegiatan yang beberapa hari ini menjadi kegiatan rutinnya. Bibi Han tinggal sendiri di desa ini, ia mempunyai dua orang anak dan mereka berdua kini telah hidup bahagia di Seoul dan Jeju. Bibi Han sendiri enggan untuk pindah ke Seoul. Menurutnya kota itu terlalu sesak dan penuh dengan kelicikan. Saat putra pertama Bibi Han pindah ke Seoul, Bibi Han sudah melarangnya, tetapi anak itu dengan nekatnya datang ke rumah sepupunya–Nyonya Jung–dan meminta bantuan pada Bibinya itu. Dengan senang hati, Nyonya Jung menerima kehadiran keponakannya.

“Apa kau belum memberi kabar pada suamimu?” Bibi Han bertanya dari dapur. Nayoung diam sejenak,lalu mengatur beberapa mangkuk yang ada di depannya. Yunho. Ada rasa kosong dalam hatinya yang tak bisa diisi oleh siapapun di sana, kecuali dia. Nayoung tersenyum saat menyadari Bibi Han di belakangnya.

“Mungkin nanti,” ujar Nayoung dengan lirih. Bibi Han mengangguk, kemudian mengelus punggung wanita itu dengan sayang.

“Jangan terlalu keras pada hatimu dan suamimu, kalian berhak bahagia. Apapun yang dilakukan suamimu, meski itu menyakitkan ia pantas mendapat maaf dan kesempatan kedua,” Bibi Han tersenyum maklum pada Nayoung. Nayoung mengangguk. Enggak menanggapi lebih lanjut. Hatinya bersuara agar ia member maaf pada Yunho, namun ada beberapa alasan –yang dibuatnya sendiri– memilih untuk mengabaikan lelaki itu.

“Makanlah dulu,” lanjut Bibi Han. Nayoung mengangguk dan duduk di samping Bibi Han.

 

***

 

Yunho duduk diam di dalam mobilnya mengamati bangunan yang ada di depannya. Kerlip lampu warna-warni menghiasi pintu utama gedung megah itu. King’s Bar. Yunho ingat betul bar ini, tempat di mana ia dan Donghae menghabiskan malam-malam mereka. Bisa dikatakan bar ini adalah sarang mereka. Bermain wanita, berjudi, dan minum. Semua pernah mereka lakukan di dalam sana. Yunho tercekat sendiri mengingat kelakukannya. Benar-benar buruk.

Kenangan masalalu yang tak akan pernah bisa dihapus, tapi masih dapat diperbaiki. Yunho menarik napasnya, melepas selt belt dan keluar dari mobilnya. Ada seseorang yang harus ditemuinya. Lelaki yang sudah member kejutan besar padanya dan Donghae. Taehwan. Yunho tak habis pikir, kenapa  Taehwan sebenci itu padanya. Apa karena dulu ia tak mendapatkan Gina sebagai korbannya?

Beberapa orang rekan Yunho dimasalalu hanya tersenyum mengangkat gelas saat melihat Yunho masuk. Mereka pikir, Yunho akan kembali masuk ke dalam lingkaran hitam itu. Yunho tersenyum seadannya dan mengabaikan beberapa wanita yang pernah mencicipi rasanya. Tatapannya tertuju pada sesosok lelaki yang tengah duduk di sofa panjang ditemani oleh beberapa orang wanita. Yunho melangkah mendekat, bertolak pinggang dan tersenyum pada lelaki itu. Taehwan.

“Apa kabar?” meski tersenyum, ucapan Yunho sarat akan ancaman. Wanita yang bersama Taehwan langsung memilih untuk mundur.

“Merindukan simpananmu,Tuan?” tanya Yunho menantang. Mencari celah agar lelaki itu kalap. Yunho suka itu.

Taehwan tersenyum, “bukan urusanmu!” Taehwan bangkit dari duduknya hendak melangkah meninggalkan Yunho. Ia tahu lelaki itu pasti akan mencari cara untuk membuatnya mengamuk.

“Aku tak tahu jika seleramu seorang wanita yang bersuami,” ejek Yunho. Taehwan mengepalkan tangannya. Sialan. Taehwan masih berdiri membelakangi Yunho.

“Kukira kau masih menyuka wanita lajang. Tapi ternyata…” Yunho menggantungkan ucapannya lalu berbalik, menatap punggung Taehwan. Matanya menyipit, senyum licik terukir jelas dimata indahnya. “Taehwan-ssi, apakah wanita bersuami itu lebih keren di ranjang? Atau kau punya tantangan tersendiri? Aku pikir aku patut mencobanya,” Taehwan berbalik melayangkan tinjunya ke wajah Yuho.

Bugh…

Pukulannya telak. Yunho tersungkur, terdengar teriakan terkejut, dan  orang- orang mulai berkerumun untuk  melihat adegan adu jotos di antara dua lelaki tampan itu. Yunho tersenyum. ia mengusap rahangnya yang berdarah. Marahkah Taehwan? Dia tidak akan marah, jika menganggap Hyejin hanya mainannya.

Dulu saat ia terang-terangan memaki Jesica di depanya—Taehwan—lelaki itu tak pernah mengamuk seperti ini. jadi apakah mungkin? Yunho bangkit.

“Kenapa memukul ku?” tantang Yunho.  “Jadi benar kau menyukai wanita bersuami? Heh,” Yunho meludahkan darah yang menggumpal di sekitar bibirnya. Lalu mendekati Taehwan yang berdiri tegak di depannya.

“Dengar,”Yunho berbisiki tepat di depan wajah Taehwan “aku tak akan pernah melepasmu, kau!” Yunho menyentuh bahu Taehwan kencang “Kau telah melewati batasmu, jangan salah kan aku jika aku akan bertindak lebih kejam dari ini.” ancam Yunho.

“Aku tak menyangka lelaki tampan sepertimu memiliki selera rendahan. Menyukai wanita bersuami dan tengah hamil pula,” ucapan Yunho kembali memprovokasi. Taehwan mati-matian menahan amarahnya. Taehwan diam, bukan berati ia menerima semua penghinaan Yunho atas ia dan wanitanya.

“Jangan pernah merendahkan wanitaku,” Yunho yang tadinya hendak keluar bar akhirnya menghentikan langkahnya. Tanpa berbalik ia mendengarkan ucapan Taehwan –suara musik sudah berhenti karena perkelahian mereka.

“Karena wanitamu lebih rendah,” kali ini Taehwan yang tersenyum. wanitanya adalah Gina kan? Taehwan tersenyum licik. Donghae dan Yunho tak tahu kan jika mereka—Taehwan dan Gina –pernah mengabiskan malam berdua.

“Yak, Yunho-ssi, Taehwan-ssi kalian lagi yang membuat kekacauan,” seorang lelaki bertubuh tambun—Yoo Ann—pemilik King’s Bar menegur Yunho dan Taehwan.

“Lanjutkan pesta kalian, aku yang membayar kerugiannya,” tanpa babibu lagi Yunho langsung meninggalkan King’s Bar.

“Kau pasti sangat kecewa Jung Yunho, kita lihat siapa yang menjadi pemenangnya nanti,” Taehwan melangkah keluar.

Yoo Ann hanya menggeleng melihat dua lelaki itu. Dulu sekali mereka juga pernah berkelahi karena Gina diganggu oleh teman-teman Taehwan, dan sekarang mereka berkelahi lagi? Apa kali ini masalah Gina? Pikir Yoo Ann bingung. Ah terserah mereka, yang penting Yunho mengangganti akibat yang ditimbulkannya. Musik kembali berdentum, tanda pertunjukan berakhir. Saatnya menikmati malam.

 

***

Donghae terdiam di depan rumah papan sederhana. Donghae terlalu bodoh untuk berpikir jika ia harus menemui istrinya, di dalam sana pasti Hyejin tengah menangisinya—atau mungkin memakinya—ia sanksi jika Hyejin akan menangisinya. Ia menyesal selalu membuat istrinya merasakan sakit. Entah sejak kapan rasa peduli dan ingin memiliki itu timbul dalam dirinya. Donghae tahu orang yang terlambat selalu mendapatkan penyesalan. Dan sekarang ia harus bertaruh dengan takdirnya, apakah ia bisa memperbaiki semua kesalahannya—meski sulit—atau melepaskan istrinya, karena Donghae tahu jika ia memaksa lagi Hyejin pasti akan tersakiti.

Setelah memantapkan hatinya, dan memilih opsi yang menurutnya terbaik Donghae mengetuk pintu papan itu. Tak lama seorang wanita paruh baya membuka pintu. Ia nampak terkejut melihat tamu yang datang. Ia pikir Tuannya—Jung Yunho—yang datang tapi ternyata tidak.

“Maaf, anda siapa?” tanya wanita itu dengan hati-hati. Donghae tersenyum

“Saya Lee Donghae, suami Hyejin. wanita yang tinggal di sini,” pelayan itu mengangguk lalu membuka pintunya lebih lebar. Mempersilahkan Donghae masuk.

“Nyonya sedang istirahat Tuan, tadi Dokter Park sudah memeriksanya. Perkiraan Minggu depan Nyonya akan melahirkan,” Donghae membeku ditempat. Minggu depan? Betapa bodohnya kau Donghae, kau menyia-nyiakan wanita yang akan menjadi ibu dari anakmu. Masih bisakah kau memintannya kembali padamu setelah semua perlakuanmu padanya? Beranikah kau DONGHAE? Teriak hati kecilnya.

“Selamat Tuan, anda akan menjadi ayah,” pelayan itu tak mengetahui raut wajah dilemma Donghae. Setitik airmata menluncur kepipi tirusnya.

***

Di dalam mobilnya, Yunho berpikir keras. Siapa yang dimaksud Taehwan, jika Nayoung jelas tak mungkin. Setahu Yunho, Nayoung tak pernah bertemu dengan Taehwan. Lalu siapa? Apakah mungkin Gina? Mungkinkah?

Besok ia harus menemui wanita itu. Ia harus menyelesaikan masalah ini secepatnya. Yunho meraih iPhone nya, menghubungi salah seorang tangan kanannya. “sudah kau dapatkan alamatnya?” tanya Yunho dengan datar.

“Bagus, jaga terus tempat itu. Jangan sampai dia merasa diawasi atau curiga,” Yunho menutup sambungan telpon. Ia memejamkan matanya. Bayangan akan Nayoung yang tersenyum membuatnya sesak.

“Arrrrrrrggghhh….” Pekiknya dengan emosi. Tangannya memukul setir mobil. Ia kesal.

iPhonenya kembali berdering. Nama Donghae terpampang di sana. Yunho mengernyit. Ada apa Donghae menghubunginya malam-malam begini?

“Ya?” Yunho berujar ketus.

“…”

“Kau yakin?”

“…”

“Keputusan ada ditanganmu, aku tak berhak ikut campur,” balas Yunho tenang.

“…”

“Baiklah, nanti aku akan menghubungimu lagi.”

Yunho melemparkan iPhonennya ke jok samping. Dengan penuh emosi ia melajukan mobilnya menuju ke suatu tempat.

 

***

 “Dengar aku membebaskanmu bukan dengan percuma. Awas jika kau tertangkap lagi,”ujar pria tambun yang berumur sekitar tujuh puluh tahunan.

“Selesaikan tugasmu dengan cepat, jika kali ini kau tertangkap aku tak akan membebaskanmu lagi.” Bisiknya garang. Ia –lelaki yang baru keluar dari penajara itu—mengangguk mengerti. Ia menerima amplop coklat yang berisi uang tunai. Lalu tersenyum penuh kelicikan.

 

TBC

31 respons untuk ‘Secret in Marriage

  1. Ika chokyulatte @ chodingyeoja berkata:

    Akhir.a yg ditunggu” keluar jugaaaaa… Tiap ingat yunho sllu buka blog kmu vi…:D

    klo soal tulisan sih sya gag bsa komen apa” krn emg ga tw ttg nulis crita,,:D gag ush diragukan lagi istri.a bebek story.a udh keren”..#apaansih=,=a

    oke lanjut…
    smga happy ending deh 2 couple ini..
    Eh spa tuh yg kluar pnjara? Ayah tiri nayoung? Oh no~ >///<
    mencium(?) masalah baru kya.a nih..

    Semangat bebek anae 😀 saya tunggu next part..

    • Vii2junshu_kim berkata:

      Muahahahaha…
      Eoni ya jangan begitu dung ah, saya jadi malu kan ya *tutupmuka pake pantat bebek*
      Amin…
      masalah baru, untuk awal yang baru *eh… mangap deh…
      mudah2an ga lama yah *jeleduk*

      Tiap ingat yunho sllu buka blog kmu vi…:D >> ya allah, inget yunho pula dy, muahahaha

  2. mutia berkata:

    aaaah finally updated!! ^^

    agak sebel sama yunho kenapa santai banget istrinya pergi. yang di akhir itu ayah nayoung kah? sepertinya masalah lain akan datang.

    buat Mrs. Kim ditunggu part selanjutnya. jangan berbulan-bulan lagi ya updatenya. hehehehhe. penasaran banget sama ending ini FF. tetap syemangat kakaak ^^

  3. eunkyupit/pipit berkata:

    viviiiiiii…. Omegoooodddd!!!!
    Akhirnya,, setelah sekian lama publish juga, kkkk~~
    Lg sibuk mimpi junsu ya? Kkk~~
    Next partnya ditunggu, jgn lama2 donk, hehehe

      • eunkyupit/pipit berkata:

        handphone ane rusak vi,, mau service blm ada piti… Hiks 😦
        Mintain duit dong ke bang junsu, buat beli hp baru… Byk duit kan dia 😀

      • Vii2junshu_kim berkata:

        ahahahahaha
        abang aja belom pulang ini mbak… ahaha
        cepet sembuh hapenya, wkekekeke
        semangka mbak… ^^
        nanti tak bilang abang biar dia kirim gadget baru *duagh*

  4. qoyah cassie berkata:

    Akhirnya publishhh :*
    ini kaya kado sebelum aku TO besok hiksss
    gomawo eonnieeee :*
    ga ada bgian yunpa nayoung sama sekaliii 😦
    yunpa kaya org lagi kalap(?) dsni,,hihiii

  5. teukiteuk berkata:

    Kali ini malah jd penasaran sama donghae & hyejin.
    Kasian bgt hyejin nya,,
    Berharap donghae mau kembali ke hyejin..
    Tp itu donghae telpon yunho buat apa??
    Jgn bilang dia ga mau sama hyejin..
    😥
    Buat nayoung sama yunho no comment deh..
    Biarin yunho selesaiin semua masalah
    Dan biarin nayoung tenang dulu
    Nanti mereka pasti bareng lagi 🙂
    Next part jangan lama2 dong 😛
    Jadi lupa sama ceritanya kalo kelamaan ^^

  6. syifasuju18elf berkata:

    hwaaaa….. akhirnya keluar juga lanjutannya….
    jamuran yg nungguinnya…..
    kq suka ngaret sih author ngepostnya….
    gak takut para pembaca kabur ya???
    untung aku masih ingat jalan cerita ne ff…
    kebangetan lamanya ne ff dipost…
    jujur aku emang suka bangetz ma ff ini alnya ne satu2nya ff yg bercast yunppa yg memiliki alur cerita yg rapi and bagus. pi aku kecewa dengan authornya yg suka ngaret ngepostnya, kadang bikin aku jadi males komen…
    tapi mungkin author lagi sibuk kali y, jady gx sempat buat ngepost lanjutannya. semangat y author buat ngelanjuti nie ff… akan kutunggu lanjutannya. selalu…. fighting 😉

    • Vii2junshu_kim berkata:

      Hahahaha… authornya jam karet mbak *duagh*pdahal jualan jam*oke abaikan

      iya mbak, banyak banget yang mau diurusi. msalah datang silih berganti, ahahaha
      maafken authornya sajalah …
      hihihi
      moga-moga endak ngaret lagiih… ni lagi tak kerjain…
      gpp kok, makasih sudah mengingatkan saya, ahahahaha…
      thank u mbak ^^

  7. g.elf@zOld berkata:

    Ahhh akhirnya publish jg lanjutannya..
    Cp itu yg nyogok?? Adakah yg berencana dibunuh ato di celakai?? Gk sabar nunggu yunho ama nayoung baikan, hae ama haejin punya baby..
    Keep writing eonnie, ditunggu last storynya dan ff yg lain. Fighthing!! 😀

  8. lestrina berkata:

    Taehwan nyuruh orang utk nghabisin hidup yunho ya or sama donghae juga… Makin seru n ada adegan actionnya ya. Sebentar lagi mau ending ya, brp part lagi. Ga sabar nunggu endingnya

  9. She berkata:

    Y ampun dah lama gk baca ini,, dan mksh ya thor udh publis ff ini,, rindu sma yunho hehehe,, makin seru and di tunggu lagi

  10. dinnur berkata:

    yang bagian akhir yang keluar dari penjara itu siapa? kayaknya mau bwrbuat jahat ke yunho
    semoga yunho sama nayoung cepet baikan, kasian mereka berdua,
    dan semoga taehwan dapet karma karna perbuatannya

  11. kwonyunhee berkata:

    Nooh kan, hae oppa. Makanya jgn jual mahal sma wanita baik2, bkin truhan nggak penting segala sihhh, aish
    Yunho oppa sma nayoung cpet baikan yaaa, biar bsa happily ever after kekekeee
    Itu ayah tirinya nayoung ya eon? Krrr, runyam runyam deeh

  12. vera berkata:

    minnnn ayodong post chpter barunyaa. udah sering mampir nih nungguin next chap nya 😥 abisan pensaran bnget min. ff ini debak soalnya. aku galau nungguin kelanjutan nya min…

Tinggalkan Balasan ke Vii2junshu_kim Batalkan balasan