Secret in Marriage

untitled-1

Bab 13-B-

***


“Selamat datang di Venice,” ujar Yunho dengan senyum lebarnya, Nayoung hanya terpaku pada keramaian dermaga Bacino Stazione Maritima, dermaga yang menjadi penghubung antara Venice dan Mastre. Yunho kemudian membimbingnya menuju jalan keluar, mereka mencari water  taxi untuk membelah Grand Canal menuju Piazza San Marco,

“Bagaimana menurutmu?” tanya Yunho saat membimbing Nayoung ketempat yang lain, kaitan tangannya tak pernah terlepas. Yunho selalu menggenggam erat tangan istrinya.

Nayoung tersenyum memandang Yunho yang kini terlihat lebih hidup, “aku menyukainya, terima kasih,” Yunho tersenyum, senyum tulus yang jarang ia perlihatkan pada siapapun, tangannya meremas pelan tangan Nayoung yang ada didalam genggamannya.

“Dingin, well dulu aku selalu penasaran dengan kota ini. banyak ahli geologi yang mengatakan bahwa Venice akan tenggelam. Dan sekarang aku benar-benar bisa melihat Venice sebelum tenggelam, ini indah,” ujar Nayoung dengan kagum, Yunho tak berkomentar banyak.

Hn… sebelum Venice tenggelam, aku akan mengajakmu melihat-lihat beberapa hal menarik disini. kau lihat, disana banyak sekali burung-burung berterbangan. Kau mau mencoba untuk menarik perhatian mereka?” tawar Yunho, lalu mengamit tangan istrinya lebih erat. Membimbing Nayoung menuju kumpulan burung-burung disana. Sebelumnya Yunho membeli serpihan-serpihan kue yang dijajakkan disana.

Hupp…” Yunho melempar serpihan itu, beberapa burung-burung berhamburan menuju makanannya, Nayoung tersenyum geli melihat polah mereka.

“Mau mencobanya dari dekat?” tawar Yunho lagi, Nayoung menggeleng, lalu memeluk lengan suaminya. Yunho cukup kaget dengan reaksi istrinya, namun tak ambil pusing.

“Aku ingin seperti mereka, terbang bebas tanpa beban,” ujar Nayoung pelan, mata indahnya masih memperhatikan beberapa burung yang memakan sepihan kue dengan lahapnya.

“Tidak ada mahkluk hidup yang tidak memiliki beban Nayoung-ya. Semua pasti memiliki beban. Mungkin mereka terlihat bebas, tapi tanpa kita ketahui mereka juga ketakutan, mereka takut akan terpisah dengan keluarga mereka apabila mereka di buru. Jangan pernah berpikir seperti itu,”

Nayoung mendongak, menatap Yunho yang terlihat semakin berkharisma dan berwibawa. “baiklah,” ujar Nayoung pelan. Yunho mengelus puncak kepala istrinya. Kemudian, tersenyum geli.

“Kau mau kemana lagi?” tanya Yunho dengan tenang, Nayoung berpikir sejenak. Lalu mengedarkan pandangannya pada sekitar.

“Aku lapar, kita makan?”

“Hn, aku rasa itu bukan ide buruk. setelah itu kita ke hotel. Aku sudah lelah sekali,” ujar Yunho dengan nada dibuat-buat. Nayoung tersenyum mengangguk.

***

Donghae menatap aneh pada Hyejin yang terlihat berbeda akhir-akhir ini. wajahnya terlihat pucat dan tak banyak bicara seperti biasanya. Apa yang sebenarnya terjadi?

“Kau baik-baik saja?” tanya Donghae menghampiri Hyejin yang terduduk lemas diatas tempat tidur. Hyejin mendongak, kemudian mengangguk. Ia mengambil air putih yang ada di atas nakas. Kemudian meneguknya, sejenak mereka terdiam. Hingga Donghae membuka suaranya kembali.

“Kau tak sehat, Hyejin. Lebih baik kau periksakan dirimu ke dokter,” saran Donghae dengan lembut, ia kemudian duduk disamping istrinya. Tangannya terulur untuk merasakan suhu badan istrinya.

“Tidak panas, apakah masih terasa lemas?” tanya Donghae lembut, Hyejin menggeleng. Ia enggan menjawab,

“Baiklah, lebih baik aku panggilkan Dokter Han. Aku tak ingin kau jatuh sakit,” Donghae bangkit dari duduknya.

“Tidak perlu, aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir,” ujar Hyejin lelah, ia memilih untuk membenamkan dirinya dibalik selimut. Akhir-akhir ini kepalanya sering terasa berat,napsu makannya menurun, begitu pula dengan kesehatannya. Ia merasa cepat lelah dan enggan sekali untuk melakukan aktivitas. Seperti bukan dirinya saja.

“Baiklah, lebih baik kau istirahat saja,” Donghae mengalah, mungkin Hyejin memang membutuhkan istirahat yang cukup, mengingat bagaimana padatnya pekerjaan Hyejin. Donghae menghela napasnya, memandang Hyejin sejenak, wajah damai Hyejin membuat hatinya hangat dan damai, entah sejak kapan ia tak merasa risih dengan Hyejin. Dan entah kapan pula, rasa itu tumbuh perlahan didalam hatinya.

Donghae memegang dada kirinya, heh… Jantungnya kembali berdegub kencang, rasanya seperti kembali ke masa lampau, dimana ia baru pertama kali jatuh cinta. Menyenangkan saat melihat senyumnya, sedih saat melihat wajahnya yang murung, dan sakit hati saat senyum itu bukan karena dirinya.

Donghae menghela napasnya, kemudian menggeleng geli, lalu bergegas untuk meninggalkan kamar mereka.

***

“Disini indah,” ujar Nayoung takjub. Akhir-akhir ini ia sering sekali tak bisa mengontrol apa yang ada dikepalanya. Hamparan sungai mengalir indah dibawah matanya, pemandangan yang menawan dengan kerlipan lampu berwarna oranye. Matanya menatap kanal-kanal yang terbentang indah disana, tak salah jika orang mengatakan Venice adalah kota terapung.

Lihat saja, banyak sungai yang mengalir, namun ditata dengan rapi dan apik. “kau menyukainya?” tanya Yunho lepas. Melihat ekspresi senang di wajah istrinya membuat Yunho tak bisa menyembunyikan senyumnya.

“Tentu, disini indah. Maaf, jika tingkahku terlalu berlebihan,” ujar Nayoung sedikit tersadar. Yunho terkekeh geli. Ini pertama kalinya, ia melihat raut wajah Nayoung yang malu-malu.

“Jangan sungkan, aku suamimu Nayoung. Tidak salah aku memilih Beur hotel untuk kita menginap,” Yunho tersenyum, kemudian memilih untuk berdiri disisi kanan istrinya. Menikmati jalanan air yang berada dibawah mereka. Nyanyian para pendayung gondola membuat mereka terenyuh.

“Tenang dan damai, itu alasanku mengajakmu kemari,” Yunho menatap Nayoung yang sepertinya masih menganggumi keindahan Kota Venice. Empat ratus lima puluh lima kanal terbentang indah disni. Sungguh indah bukan ciptaan Tuhan.

Nayoung mendongak, menatap Yunho. Matanya bercahaya, berbinar riang. “terima kasih,” ujarnya tulus. Yunho mengangguk menatap istrinya, ia tak sanggup berkata-kata. Dan ia hanya melakukan apa yang dikatakan oleh hatinya.

Mereka hanya menikmati apa yang mereka rasakan. Pelan, namun pasti. Kelembutan bibir Yunho mendarat diatas bibir istrinya. Perlahan lahan menjadi kecupan yang membutuhkan,  menginginkan dan mendominasi.

Hanya isting yang bermain disana. Dilandasi rasa saling percaya, Nayoung terhanyut dalam alunan melodi romatis yang disuguhkan kota Venice. Menit berikutnya, deruan napas mereka menjadi pendek, rasa ingin memiliki semakin kuat. Yunho terus mengecap apa yang menjadi miliknya, merasakan apa yang menjadi hak nya. Pelan, tapi terasa mendalam. Itulah kesan yang didapat Nayoung.

Tangan yang semula berada dipinggang istrinya, kini beralih merengkuh tubuh mungil itu dalam dekapannya, merambat untuk memberikan kehangatan yang tak diberikan siapapun.

Nayoung terdiam, ditempatnya. Inikah saatnya?

Entahlah, ia hanya mengikuti kata hatinya, lengan kecilnya terulur untuk memeluk erat leher sang suami. Kecupan itu berakhir pada leher jenjang istrinya. Napas nayoung tersengal, ia menyerukkan wajah kecilnya dibalik leher sang suami. Yunho terkekeh, kemudian mengecup pelan leher istrinya. Lambat laun, suasana menjadi semakin romantis. Yunho mulai berani memberikan jejak-jejak kepemilikannya di atas leher putih milik sang istri.

“Yunho-ya….” Lirih Nayoung. Yunho tersenyum,

“Hmmm…” Yunho menjawab tanpa menghentikan aksinya. Semakin gencar ia memberikan tanda-tanda itu disana. Mengecup pelan telinga istrinya, kemudian mentap Nayoung yang terlihat sayu namun menggoda.

“Kau memerah,” godanya iseng. Nayoung semakin malu dibuatnya. Tanpa basa-basi ia lalu merengkuh Nayoung dalam pelukannya. “aku senang, akhirnya kau mau menerimaku,” Yunho berujar pelan. Nayoung tersenyum dalam dekapannya.

“Malam ini kita cukup sampai disini saja. Nanti saat waktunya tiba, kau tak akan kubiarkan berjalan,” ujar Yunho iseng. Nayoung tersenyum kecil dalam pelukan suaminya. Hatinya merasa lega, lelaki yang tengah memeluknya memberikan kenyamanan yang tak pernah diberikan siapapun. Rasa takutnya akan lelaki kini mulai pudar.

Yunho mengecup pelan rambut istrinya, jika saja semua seindah saat ini, maka ia pasti akan mencari wanita—yang ada didalam dekapannya—lebih cepat.

***

Semua sudah hilang, begitulah pikir Gina. Ia menatap kembali album photo antara ia, Donghae dan Yunho. Semuanya kini sudah berubah, kedua sahabatnya kini sudah memiliki seseorang sebagai pendamping hidup mereka masing-masing. Bulir air matanya kembali menetes, ia merindukan kehangatan mereka seperti dulu, merindukan kepedulian mereka. walaupun ia tahu semua terasa sulit sekarang.

Sikap Yunho yang seakan menjaga jarak,  membuat hatinya makin teiris, sikap Donghae yang mulai berubah membuat ia semakin terluka. Memang ini semua adalah salahnya, membuka harapan bagi Donghae di sisi lain, ia sangat mencintai Yunho.

Gina mengusap bulir air matanya yang semakin menjadi.

Semuanya sudah berubah.

“Hay…” sapa Donghae gugup, Gina menoleh. Rasa terkejut menyelimutinya. Donghae? Lelaki itu disini? sial.

Mau tak mau, ia memaksakan dirinya untuk tersenyum, “hay… kau sendiri?” basa-basinya.Donghae tersenyum kecut, lalu melirik salah satu tamu yang kini berada ditepian meja perasmanan bersama seorang pria. Donghae terdiam sejenak, matanya terpaku menatap mereka.

“Hae,” panggil Gina lembut, matanya mengikuti arah pandang lelaki itu, dia mengerti. Harusnya ia senang, lelaki itu kini tengah memperhatikan isterinya. Namun hati kecilnya seakan tak terima.

“Hae,” sapa Gina sekali lagi. Donghae menggumam, lalu menatapnya dengan senyum kaku. Gina kembali memaksakan senyumnya.

“Kau bertanya apa tadi?” ujar Hae memastikan sekali lagi

Gina tersenyum miris, “aku bertanya, kau sendiri?”

Donghae menggeleng, kemudian tersenyum.”aku bersama istriku, kau pasti bersama kekasihmu ‘kan?” tebaknya langsung.

Gina merasakan sayatan pisau benar-benar menggores hatinya. Jadi mereka sudah tahu jika ia bersama lelaki itu. Mau tak mau Gina mengangguk, dan tersenyum kaku.

Donghae mengangguk paham, “ada yang ingin aku katakan padamu, aku tahu kau sudah dewasa untuk memutuskan mana yang baik dan buruk. tapi saranku, sebaiknya kau menjauhi lelaki itu. Gina…” ujar Donghae pelan “aku tahu reputasinya seperti apa. lebih baik kau tinggalkan dia, ini saranku sebagai seorang teman baikmu.” Selepas mengatakan itu, Donghae menatap Gina sejenak. Lalu berbalik dan meninggalkan wanita itu disana. Entah kenapa ia memilih untuk segera pergi, hatinya lebih memilih untuk mencemaskan Hyejin.

 

Gina mengusap air mata nya yang mulai meleleh semakin deras. Entahlah, ia tak dapat membohongi perasaannya sendiri. Bahwa ia masih berharap perhatian dan kasih sayang mereka. walaupun itu hanyalah harapan kosong.

Matanya benar-benar sembab, Gina kemudian berdiri. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, kemudian membuka kemeja putih miliknya, bekas pukulan lelaki itu masih tersisa disana. Begitupula dengan bekas luka hati yang masih terngaga lebar didalamnya.

Salah apa dia dulu, hingga terjebak dalam kenyataan pahit seperti ini.

Gina memejamkan matanya kembali, air matanya menetes, membasahi pipi ranumnya.

***

“Aku minta maaf,” ujar Hyejin parau, ia tak berani menatap wajah Taehwan. Tehwan tersenyum kecut, jadi selama ini ketulusan cintanya pada Hyejin tak terbaca.

“Kenapa? Kau masih mencintai Donghae?” tanya Taehwan dengan heran,

“Sepertinya, aku—aku mengandung anak Donghae, Taehwan-ssi. Dan aku yakin kau juga tak ingin menjadi tempat sampah,” ujar Hyejin pelan, ia mencoba untuk menatap wajah Taehwan yang sepertinya terkejut.

“Kau mengerti maksudku dengan jelas,” tandas Hyejin sebelum lelaki itu bertanya lebih lanjut. Taehwan mengepalkan tangannya dengan amarah yang memuncak.

“Aku tak tahu apa yang lelaki itu janjikan padamu,” napas Taehwan memburu. Ia kesal, ia marah, setelah ia tahu yang sebenarnya jika Hyejin adalah alat bagi Donghae untuk mendapatkan City Mall milik Yunho. “kau harus tahu, Hyejin… kau itu adalah alat suamimu. Kau tak pernah tahukan selama ini suamimu hanya memanfaatkanmu. Dia bertaruh dengan Yunho untuk mendapatkan saham City Mall. Dan kau dengan bodohnya terperangkap dalam jeratnya,” napas Taehwan memburu. Ia memalingkan wajahnya kearah jendela, menatap kendaraan yang berlalu lalang tiada habisnya.

Hyejin tersentak.

Taehwan tahu?

Benarkah?

“Kau–,”

Taehwan membuang napasnya kesal, kemudian memandang Hyejin kembali. Ia menatap manik mata wanita itu, “Gina, Gina mengatakan padaku. Kenapa Donghae mau menikah denganmu,”

Dan Hyejin tahu, sekarang ia hanya manusia bodoh yang mengikuti alur permainan Donghae—suaminya.

“Bisa kau jelaskan, lebih detail?” tanya Hyejin parau, sekuat hati ia menahan rasa sakit yang menghujam hatinya. Matanya perih ingin menangis, namun ditahan. Ia harus kuat menghadapi lelaki seperti Donghae.

Taehwan mengangguk, kemudian mulai menceritakan apa yang ia dapat dari Gina.

***

Saat pagi menjelang, hal yang pertama yang ingin ia lihat hanyalah pusat kehidupannya. Entah mengapa selama disini, semua rasa yang dulu abu-abu menjadi lebih jelas. Bahkan semakin dalam, rasa yang tak pernah dialaminya, kini perlahan merasuki dirinya. Ia bahkan tak menyadari efek wanita itu pada dirinya.

Yunho tersenyum kecil, ingatannya akan malam tadi benar-benar suatu keajaiban baginya. Mereka hampir saja melakukan hal itu,

Geliatan tak nyaman, mulai mengusik dirinya. Yunho memunduk memandang wajah cantik milik istrinya. Kemudian tersenyum lagi, “kau sudah bangun?” tanya wanitanya dengan suara parau, Yunho mengangguk.

“Kau terlihat tak sehat, apa kita batalkan saja perjalanan hari ini?” tanya Yunho menatap manik mata istrinya. Jari-jari panjangnya terulur untuk mengelus pipi sang wanita.

Nayoung menggeleng, kemudian memberanikan diri untuk menyurukan wajahnya kedalam lekukan leher sang suami, tubuh mereka merapat. Yunho mengelus berirama punggung istrinya.

“Aku masih mengantuk,” ujar Nayoung lirih, Yunho terkekeh geli sendiri.

“Baiklah, hari ini kau boleh bermalas-malasan. Aku yang akan menyiapkan perjalanan kita hari ini,” ujar Yunho tenang.

***

Brakk…

Bunyi debaman itu begitu kuat, terlihat sekali jika lelaki itu tengah mengeluarkan amarahnya. Kenapa selalu pria itu yang mendapatkan segalanya? Kenapa bukan dia? Batinnya menjerit kesal. Tangannya masih terkepal dan terlihat pucat, menandakan ia benar-benar sedang dalam batas kemarahan yang paling tinggi.

Matanya menyapu kebeberapa penjuru ruangan, mencari udara segar agar otaknya dapat bekerja dengan baik. Rencana yang ia susun sangat berantakan, dan lagi Hyejin kini tengah hamil empat minggu.

Sial, antara maju atau mundur. Haruskan ia mengambil pilihan yang benar-benar diluar rencanannya. Berpikirlah Taehwan. Ia memejamkan matanya sesaat, kemudian memilih duduk di kursi kebanggaannya. Berpikir sejenak, hingga deringan ponsel di atas meja membuatnya terganggu.

Senyum miringnya berkembang, nama itu.

 “Aku mengikuti permainanmu, Taehwan-ssi,”

Tuut….

Taehwan tersenyum miring, rupanya bujuk rayu itu berhasil membuat seorang Hyejin mengikuti permainannnya. Lihat saja nanti, kau akan mendapatkan balasanmu. Lee Donghae, Jung Yunho.

Baiklah, sepertinya ia memang harus membuat rencana baru. Plan b. heh,

***

Hari kedua mereka di negeri orang, sepertinya itu ungkapan yang tepat untuk seorang Kim Nayoung, ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Venice, negeri terapung yang memancarkan keindahan memukau, Nayoung tak henti-hentinya menatap takjub setiap pemandangan yang ada.

“Kau tahu sore hari adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan malam di kota ini,”

Nayoung tersenyum, kemudian menatap lelaki yang terlihat rapi dengan pakaian kasualnya. Ia tak menyaka Yunho juga terlihat tampan dengan pakaian itu, kemeja putih yang dipadu dengan celana jeans berwarna biru tua. Rambutnya dibiarkan tanpa gel penata rambut, benar-benar terlihat segar.

“Kau baru tahu, jika suami mu ini tampan,” ejek Yunho pelan, Nayoung terkekeh geli. Kemudian memalingkan wajahnya, ia masih menatap pemandangan Venice dari atas balkon.

“Aku tahu kau memang tampan, sampai-sampai wajahmu sering menghiasi majalah fashion,” balas Nayoung tenang. Yunho tersenyum kecil, lalu melangkah mendekati istrinya. Tangan itu terulur untuk memeluk pemilik hatinya, mempertipis jarak diantara mereka. hembusan napas Yunho menerpa leher Nayoung,

“Indah bukan?” ujar Yunho tepat ditelinga istrinya,

Nayoung hanya terdiam, rasa gugup kembali menderanya. Seperti inikah rasanya jika berdekatan dengan orang kau sukai? Jantungmu berlomba-lomba saling memacu dan memacu, mungkin mengalahkan dentingan jam dinding,

Hmm…” respon Nayoung pendek,

Mau tak mau, Yunho menarik bibirnya untuk tersenyum. Apakah istrinya tengah malu-malu? Yang benar saja, mereka sudah menikah lebih dari enam bulan lalu, dan sekarang ia baru merasakan malu?

“Kau malu?”

“Hah?” balas Nayoung gugup, lalu menggeleng pelan, sial. Wajahnya memerah, Yunho kembali terkekeh, walaupun ia tak bisa melihat wajah istrinya, namun bahasa tubuh Nayoung telah mewakili apa yang terjadi padanya.

“Rileks….” Ujar Yunho geli, tak lama ia merenggangkan pelukannya. Tangannya beralih pada bahu kecil milik istrinya, memijitnya pelan. “bersiaplah, kita akan menikmati sorenya Venice,” ujar Yunho tersenyum.

***

“Selamat datang, Tuan dan Nyonya, aku yakin kalian pasti pasangan baru. Benar bukan?”  tanya gondolier pada sepasang suami istri itu, Yunho tersenyum kecil, senyum merekah yang memunculkan semburat kemerahan diwajahnya.  Nayoung hanya menggigit bibirnya, ia tak paham apa yang dikatakan lelaki itu. Matanya melirik Yunho yang kini tengah tersipu. Lelaki itu tersipu, yang benar saja. Ini hal langka,

“Kau tersipu?” ledek Nayoung, Yunho kemudian tersenyum pada istrinya,

“Perasaanmu saja, ayo  naik,” ajak Yunho. Lelaki itu lalu masuk kedalam gondola, disusul Nayoung. Gondolier itu tersenyum, melihat raut pasangan didepannya. Semoga cinta mereka abadi. Do’a lelaki tua itu,

“Kau ingin ku nyanyikan lagu, Tuan?”

Yunho mengangguk, “nyanyikan kami lagu bagus,” ujar Yunho sembari tersenyum, matanya bercahaya, menambahkan aura tampan pada wajahnya. Lelaki tua itu mengangguk, kemudian ia mulai bernyanyi.

Alunan melodi yang sungguh indah,

“Suaranya bagus,” puji Nayoung takjub

Yunho memandang istrinya dengan tersenyum, kemudian menarik pinggang istrinya untuk merapat. “jika suara mereka tak bagus, pasti sudah ditendang oleh pengunjung sebelum kita,” candanya. Nayoung terkekeh kecil

“Umm… tadi dia bicarapa apa, padamu?”

Hah?” refleks Yunho langsung bekerja, ia kemudian memalingkan wajahnya, menatap beberapa pedangan terapung yang menjajakan  barang dagangannya.

“Kau kenapa?” tanya Nayoung heran,

Yunho menggeleng kaku, “tak apa-apa,” iya mencoba tersenyum, walau terlihat sangat kaku

“Katakan padaku, dia mengatkan apa!”

“Hanya ucapan selamat datang,” ujar Yunho berbohong, mana mungkin ia mengatakan hal yang sebenarnya. Ia malu.

Gondolier yang melihat kemesraan mereka hanya tersenyum, ia jadi teringat akan mitos yang sering dilakukan pasangan-pasangan baru yang duduk dikursi penumpangnya.

“Maaf menganggu, aku ingin menceritakan sesuatu untuk kalian,” ujar Gondolier itu setelah menghabiskan lagunya, Yunho tersenyum. Ia tertarik untuk mendengarkan cerita dari lelaki bertubuh tambun didepannya.

“Silahkan,” ujar Yunho dengan bahasa Itali yang fasih, Nayoung mengernyit, lalu menyenggol lengan Yunho. Ia seperti orang bodoh yang tak mengerti bahasa apa yang mereka gunakan, Yunho tersenyum geli.

“Dia ingin bercerita,” ujar Yunho dengan sabar, Nayoung tersenyum. Lalu memandang Gondolier itu dengan wajah cerah, lelaki bertumbuh tambun itu hanya tersenyum. Ia berdehem sedikit, tangannya masih mengayuh dayung sampan, membawa kedua pasangan ini berkeliling venice.

“Beberapa pasangan baru selalu melakukan hal ini saat duduk di atas gondola, ini hanya mitos dan kembali lagi pada diri sendiri,” James—nama Gondolier itu—tersenyum melihat wajah Yunho yang sangat antusias,

“Mitos apa itu?” tanya Yunho

“Jika kalian berciuman diatas gondola, maka cinta kalian akan abadi, ini hanya sekedar mitor. Tak rugi jika kalian mencobanya,” ujar James sembari tersenyum, Yunho hanya mengangguk kikuk. Lalu memalingkan wajahnya. Yang benar saja, mereka berciuman didepan orang asing? Itu gila, paling tidak ia masih memegang adat malu daerah timur.

Nayoung kembali menyikutnya, ah dia lupa. Istrinya selalu ingin tahu, apakah ia harus mengatakan hal ini pada Nayoung.

“Dia mengatakan apa?” kembali suara lembut milik istrinya membuat Yunho bergidik. Ah sial!

“Oh, kau tahu Verona? Ia menceritakan tentang Verona, dimana sejarah antara Romeo dan Julie sepasangan kekasih yang tak ditakdirkan di alam yang abadi,” bagus Jung Yunho, jadi actor saja kau, aktingmu hebat. Rutuk hati kecilnya.

Nayoung mengangguk,”wah, Verona? Aku pernah mendangarnya, beberapa orang sering mengirimkan surat cinta mereka kesana.” Sambung Nayoung antusias, Yunho mengangguk kikuk.

“Kau mau kesana?” tawar Yunho

Nayoung berpikir sejenak, “merepotkanmu,tidak?”

Yunho menggeleng, “tentu saja tidak,” ujar Yunho tersenyum.

***

Dentingan jam terus mengusik dirinya, ini sudah lewat dari tengah malam. Kenapa isterinya tak kunjung kembali? Memang, ia tak pernah sekalipun melarang atau memberikan larang untuk Hyejin keluar, apalagi tanpa sepengetahuannya. Karena ia tahu, wanita itu pasti tertekan karena sikap dingin dan egois dalam dirinya. Namun hari ini kelakukan Hyejin sungguh membuatnya kesal.

Hyejin belum pulang juga,

Ponselnya tidak aktif, terpaksa ia harus menghubungi Hyuk Jae untuk melacak dimana keberadaan istrinya. Dan parahnya deketif matrealistik itu juga tak bisa melacak dimana keberadaan istrinya. Terakhir kali, Hyejin menggunakan ponselnya di sebuah coffee shop langganannya, menurut seorang pelayan, Hyejin bertemu dengan seorang lelaki yang berpakaian sangat rapi dan tampan. Donghae memiliki banyak spekulasi saat itu, apakah Hyejin bertemu Taehwan? Jong-shuk? Atau siapa?

Aarrggh

Sial, dia bahkan tak tahu dimana istrinya berada. Jika besok Hyejin belum ditemukan, ia terpaksa menghubungi pihak berwajib untuk membantunya menemukan Hyejin!

***

Lalalalalalala…..,” Nyonya Jung terus bernyanyi riang, sembari menyiapkan sarapan dan bekal untuk suami dan anaknya. Jihye yang melihat sikap ibunya hanya menggeleng tak mengerti, Oh Ibu kapan kau bersikap normal. Batin Jihye.

“Ibu, kau kenapa lagi?” tanya putri bungsunya dengan tatapan aneh,

Nyonya Jung tersenyum misterius sembari menuangkan susu kotak kedalam gelas putrinya. “kau mau tahu saja urusan orang tua,”  ujar Nyonya Jung lagi, Jihye mendecih sebal.

Well, nanti kau temani ibu kerumah kakakmu, karena ada yang mau ibu berikan kepada mereka,” mata Nyonya Jung tampak cerah dan berbinar. Jihye jadi bergidik ngeri. Sejurus kemudian matanya menatap kesatu arah—dimana sebuah kotak yang dibungkus oleh kain berwarna merah.

“Itu apa,bu?” tanya Jihye ingin tahu,

“Anak kecil tak boleh tahu, urusan orang dewasa. Habiskan susumu, lalu antarkan ibu!”

Suruhnya cepat, Jihye memicing curiga. Jangan-jangan apa yang dikatakan Bibi Hong benar-benar dilakukan oleh ibu. Obat kuat untuk mempercepat kehamilahn. Yang benar saja! Ejek Jihye dengan tatapan matanya. Nyonya Jung merasakan tatapan tak sedap dari putrinya, namun sengaja di abaikan.

“Ibu…” kesal Jihye

Nyonya Jung memandang putrinya dengan kesal, “mwo? [apa]” balas Nyonya Jung kesal

“Kau benar-benar ingin meracuni anakmu?”

Nyonya Jung enggan menjawab, ia hanya duduk didepan putrinya sembari menikmati sarapannya. Tuan Jung turut bergabung di meja makan, ia melihat keheningan yang aneh—dalam pandangannya. Tanpa diminta, Jihye dengan senang hati mengadu.

“Ayah, kau tahu rencana ibu untuk meracuni putra dan menantumu?” sindir Jihye yang disertai dengan cibiran. Nyonya Jung mendelik—awas kau mengatakannya—Jihye mengiraukan kode dari ibunya.

Tuan Jung bingung, ia lalu menatap istrinya dengan curiga. “tak ada yang aku lakukan, sungguh. Anakmu saja yang melebih-lebihkan,” sungut Nyonya Jung.

“Bohong, ibu mau mencecoki Kakak dengan ramuan yang entah apa namanya itu!” Jihye menunjuk kearah sebuah kotak yang dibalut dengan kain merah dan biru yang ada dibelakang ayahnya. Tuan Jung mengikuti arahan putrinya, lalu memandang istrinya, meminta penjelasan.

Yak! Anak ini benar-benar tidak bisa diajak bekerja sama,” gerutu Nyonya Jung lirih. Jihye tersenyum kecil,

Dasar setan kecil, batin Nyonya Jung kesal.

“Jadi apa yang kau lakukan, istriku?”

Nyonya Jung kelabakan, lalu memandang suaminya dengan takut-takut, “tidak ada, sungguh.” Jihye ingin tertawa melihat ekspresi aneh yang dibuat oleh ibunya. Oh Tuhan Ibu!

“Bagus, jangan bertindak macam-macam, bukankah kau sudah berjanji padaku?” tanya Tuan Jung tenang, Nyonya Jung mengangguk patuh, lalu berdiri.

“Ck, aku mau memanggil In-Jung dan besanku dulu, kalian makanlah,” Nyonya Jung bergegas berdiri dan meninggalkan ruang makan. Rencana harus di ubah, plan B. In-Jung bantu Ibu angkatmu! Senyum Nyonya Jung terkembang sempurna.

***

Berbicara tentang Verona, pastilah tidak lepas dari cerita cinta dari dua sejoli yang sangat terkenal di dunia, Romeo dan Juliet yang ditulis oleh W. Shakespeare. Berkat cerita ini pula, Shakespeare mampu menjadikan Verona, sebagai salah satu kota yang sangat populer di dunia saat ini. Kota indah yang menyuguhkan kesan romantic dan tenang,

Yunho membimbing Nayoung menuju salah satu peninggalan sejarah Kota Verona, keeksotisan ini masih jelas terasa, apalagi Pemerintah Kota Verona  benar-benar menjaga dan merawat bangunan-bangunan tua yang memberikan kesan indah. Kini sepasang suami istri tersebut tengah menikmati perjalanan mereka menuju kerumah Juliet, rumah yang menjadi saksi bisu cinta tak sampai antara Julie dan kekasihnya—Romeo.

“Wah, jadi ini rumah milik Julie,” ujar Nayoung sembari menilik kebeberapa arah, dirinya kemudian menatap balkon rumah Juliet, arsitekturnya benar-benar terjaga.

“Benar, balkon itu dibangun oleh Pemerintah setempat,” tunjuk Yunho kearah balkon yang ada diatas kepala mereka, Nayoung tersenyum.

“Ayo, setelah ini kita akan menuju ke arena gladiator, dimana kau bisa melihat rumah milik Romeo,” ajak Yunho sembari menggenggam jemari istrinya. Nayoung mengangguk dan mengikuti langkah kaki Yunho.

“Yunho-ya,” panggil Nayoung, dirinya kemudian menghentikan langkah. Yunho menatap istrinya dengan heran,

“Ada apa?” tanya Yunho tenang,

Nayoung menunjuk pintu gerbang kediaman Julie. Beberapa pengunjung tampak antusias menulis surat cinta dan menyematkannya disana, “ayo lakukan itu, kau belum pernah melakukan hal konyol ‘kan?”

Yunho terdiam sejenak, kemudian berdehem. “apakah harus?” tanya Yunho sanksi, Nayoung mengangguk, senyumnya mengembang. Sekali-sekali menyuruh Yunho melakukan hal konyol, tak masalah ‘kan?

“Kau bawa pulpen dan kertas tidak?” tanya Nayoung pada suaminya, Yunho menggeleng.

“Aku tak membawa kertas, hanya membawa pulpen,” Yunho menunjukkan pulpen miliknya, yang kemudian disambar oleh Nayoung.

Ah, kertas. Sebentar,” Nayoung melepaskan genggaman tangan mereka, dan sibuk mencari secarik kertas dialam tas jinjingnya. Beberapa saat kemudian ia menemukan dua kertas buram yang sudah lusuh. Nayoung memamerkan senyumnya.

“Ayo,” tangan mereka kembali berkaitan, Yunho hanya mengikuti langkah kaki sang  istri. Mereka duduk disalah satu batu yang ada dihalaman rumah milik Julie.

Nayoung menyodorkan kertas dan pulpen kepada suaminya, “untukku?” tanya Yunho heran, Nayoung mengangguk.

“Cepat ambil, lalu tulis apa keinginanmu,” ujar Nayoung tersenyum, lalu membalikkan tubuhnya, memberikan punggung kecil miliknya sebagai pengganti meja,

Yunho mengalah, baiklah kali ini saja. Batinnya tertawa kecil

“Sudah,” Yunho menutup pulpennya lalu melipat kertas lusuh yang tadi diberikan oleh istrinya.

“Giliranku,” ujar Nayoung dengan senyum kecilnya.

“Semangat sekali,” ujar Yunho tertawa mengejek, Nayoung menjulurkan lidahnya. Lalu membalikkan tubuh Yunho agar memunggunginya,

“Sudah,” Nayoung bergegas untuk berdiri, lalu diikuti oleh Yunho.

“Ayo kita sematkan disana!” Nayoung berjalan lebih dulu dari Yunho, lelaki itu hanya memandangi punggung istrinya sembari tersenyum.

Jika takdir memutuskan untuk mengikat kita dalam tali pernikahan,

Mungkin itu berarti kau jodohku,

Dan jika kita memang terlahir untuk saling melengkapi,

Maka ku harap, sampai matipun, kau tetap menjadi pelengkap hidupku,

Jung Yunho

 

Tuhan, izinkan kami berada dalam ikatan ini selamanya

Izinkan cinta kami bersama hingga ajal menjeput

Dan izinkan kami untuk tetap  bertahan dalam ikatan yang Engkau restui, Tuhan

Kim Nayoung

“Yunho-ya… dimana kita sematkan ini?” tanya Nayoung kesal, Yunho tersenyum kecil. Lalu mengambil dua kertas lusuh miliknya. Ia melirik kebeberapa arah dengan tenang, lalu menyematkan kertas lusuk mereka kedalam sebuah amplop—yang entah milik siapa.

Yak! Memang boleh seperti itu?” tanya Nayoung berbisik,

“Tentu saja, lagipula kita tak membawa amplop,” ujarnya enteng.

“Dasar,”

“Ayo kita lanjutkan perjalanan kita,” Yunho kembali menggandeng istrinya dengan tenang. Menyusuri kota Verona yang terkenal dengan keromantisannya.

***

Tehwan merapatkan jaket musim dinginnya, ia menatap kebeberapa orang yang tampak berlalu lalang disekitarnya. Hingga mata kelam keabu-abuan miliknya menangkap seseorang yang ia kenali. Hyejin. Wanita itu melangkah mendekatinya, menyeret kopor miliknya hingga berada tepat didepan mata Taehwan.

Antara percaya atau tidak, Taehwan sungguh merasa senang. Hyejin mau kembali percaya padanya, dan meninggalkan Donghae—suaminya.

“Ayo, udara disini benar-benar menusuk,” ajak Taehwan yang kemudian membuka pintu mobil miliknya. Hyejin mengikuti lelaki itu tanpa ragu, kopornya diambil alih oleh Taehwan dan berakhir dibagasi.

“Jadi, apa alasanmu?” tanya lelaki itu membuka pembicaraan—berusaha bersikap tenang dan tidak memalukan.

“Bisakah kau diam? Biarkan aku menyimpan alasanku sendiri, lebih baik kau menyetir,” ujar Hyejin menusuk. Taehwan mengangguk, mengulas senyum lalu melajukan mobilnya membelah kota.

***

Hujan deras  mengguyur kota Verona membut Nayoung dan Yunho lebih banyak menghabiskan waktu mereka di dalam ruangan, Nayoung sendiri terlihat sangat antusias dengan kertas dan pensil gambarnya diatas tempat tidur. Beberapa hari ini ia terlihat sangat produktif untuk menghasilkan model pakaian terbaru.

“Apa kau sudah menghubungi pihak berwajib?” tanya Yunho dengan nada gusar, ia keluar jendela dengan pandangan menerawang, hujan tampak semakin lebat. Dengan beberapa kali kilatan guntur saling bersahut,

“Baik, aku akan mecoba membantu. Hmm… sampai bertemu lusa,” ujar Yunho memutuskan sambungan telpon. Nayoung mengangkat wajahnya dari kertas sketsa miliknya. Menilik wajah suaminya yang terlihat berkerut,

“Ada masalah?” tanya Nayoung ingin tahu, Yunho menggeleng ragu. Apakah ia harus menceritakan masalah ini dengan Nayoung atau tidak.

“Masalah kecil, tentang Donghae.” jawab Yunho seadanya. Nayoung mengangguk, lalu menepuk sisi kanannya, memberikan kode agar Yunho duduk disampingnya.

“Sepertinya kalian sangat akrab,”

Yunho menoleh, kemudian mengangguk. “seperti itulah, kami berteman semenjak dia dan aku duduk dibangku kuliah,” ujar Yunho menjelaskan. Nayoung mengangguk

“Gina?” tanya Nayoung lirih

Yunho mengangkat alisnya heran, “kau tidak sedang mengorek masalaluku ‘kan?” canda Yunho dengan senyum usilnya. Nayoung terkekeh geli,

“Kau menganggapnya bagaimana?” tanyanya balik,

“Aku anggap seperti itu,” ujar Yunho sekenannya

“Baik, anggap saja seperti itu.”

“Dia mengenal Donghae lebih dulu, setelah itu kami berkenalan. Tak ada yang lebih diantara kami, kami bertiga berusaha untuk menjaga tali pertemanan. Meskipun Donghae sering terbawa perasaan,” ujar Yunho mengangkat bahu

“Kau sendiri? Bagaimana menyikapi sikap Gina kepadamu?”

Yunho menyandarkan tubuhnya kekepala tempat tidur, kemudian memandang Nayoung yang terlihat menanti jawabannya. “apa yang bisa kulakukan? Selain menghindar tentunya, dan selebihnya Gina bisa menjaga sikapnya.”

“Hebat, aku pikir kau akan berhubungan secara diam-diam dengan Gina,”

Yunho terkekeh, lalu membenarkan rambut Nayoung yang terlihat keluar dari ikatan rambutnya. “Lalu membiarkan Donghae meradang, dan gila? Yang benar saja,” ejek Yunho terkekeh.

“Siapa yang tahu,” ujar Nayoung cuek, Yunho tersenyum sekilas. Ternyata liburan kali ini benar-benar menyegarkan pikirannya dan membuat hubungan mereka lebih baik, tak ada rasa canggung dan beban. Yang ada hanyalah saling bertukar pikiran dan kembali menyelami perjalanan mereka dimasalalu.

“Nayoung-ya…” ujar Yunho lirih, Nayoung mendongak, menatap Yunho dengan ekspresi bingung.

“Boleh aku jujur padamu?”

Nayoung mengangguk, membiarkan Yunho bercerita,

“Sebelum aku bertemu dengan keluargamu diacara lamaran itu, sebenarnya aku sudah bertemu dengan In-Jung,”

Nayoung diam tak bereaksi banyak, ia memilih mendengarkan lebih dahulu. “kami bertemu saat ibumu mengalami kejadian tak mengenakan, peristiwa penusukan itu,”

Nayoung ingat, ingat sekali bagaimana In-Jung menangis tersedu saat menghubunginya. Dan kemudian mendapat kabar bahwa semua administrasi dan biaya pengobatan ibunya sudah lunas. Ia teringat akan Dokter Shim, dan jalinan persabahatan antara suaminya dan Dokter muda itu,

“Jangan katakana bahwa kau adalah…” Yunho mengangguk, Nayoung terdiam sesaat. Ia mencoba mencerna semua kejadian dalam hidupnya. Lalu memandang Yunho dengan tatapan terluka dan marah,

“Kenapa tak kau katakana pada sejak awal?” cecar Nayoung dengan suara dinginnya, Yunho menghela napas.

“Lalu membiarkanmu membenciku? Tidak, aku hanya ingin kau tahu, saat itu aku benar-benar tak mengenal In-Jung, aku tahu setelah kau datang kerumah sakit, dan Changmin mengatakan yang sebenarnya padaku,” jelas Yunho tenang, Nayoung bangkit dari duduknya. Berdiri dipinggiran balkon menatap hujan yang semakin menjadi. Yunho mengikuti langkah istrinya.

“Apakah kesalahanku tak bisa dimaafkan?” lirih Yunho dibelakang Nayoung, wanita itu berbalik. Kemudian menatap Yunho dengan sendu.

“Aku hanya bingung, aku seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa. kenapa baru sekarang kau mengatakan ini padaku?” nada suara Nayoung terdengar frustasi dan sedih, Yunho melangkah mendekat. Menarik tubuh istrinya untuk masuk kedalam pelukannya,

“Aku tahu, aku memang bersalah menyembunyikan semuanya darimu. Aku memiliki alasan, karena saat itu kita baru bertemu, aku tak ingin kau memiliki kesan buruk tentangku, walau aku tahu itu percuma,” Yunho kembali terkenang pembicaraan mereka berdua didalam mobil miliknya. Yunho menghela napasnya, mengatur ritme jantungnya yang berdetak semakin kencang. Tangannya masih mengelus pelan punggung istrinya, menenangkan wanita itu,

“Aku tak ingin kau beranggapan jika aku mejebakmu untuk masuk kedalam pernikahan itu, aku tahu saat itu aku dan kau tak bisa berkelit mengingat sifat ibuku yang tak mau kalah. Sungguh aku hanya tak ingin menambah kesan buruk dimatamu.” Jeda sejenak, “apakah aku salah?”

Nayoung tak menjawab, ia hanya bisa diam. Mencoba untuk berdamai dengan kata hatinya meski itu rasanya sulit. Ia mencoba menempatkan dirinya ke posisi Yunho saat itu. Apa yang dikatakan Yunho ada benarnya. Kejadian itu terjadi hampir bersamaan dengan pernikahan mereka, Nayoung menggigit bibirnya. Menahan isaknya, dan mendekap Yunho lebih erat.

***

Donghae kembali menutup ponselnya. Sudah beberapa kali ia mencoba untuk mengubungi teman-teman Hyejin namun hasilnya tetap sama. Mereka tak mengetahui dimana keberadaan istrinya. Donghae membuang napas frustasi, tadi pagi ia mendapat kabar, jika Hyejin baru saja dari dokter kandungan.

Kepalanya semakin pusing mengingat semua kemungkinan yang terjadi. Besok, ia harus pastikan apakah Hyejin benar-benar menemui Dokter Cha untuk memeriksakan dirinya.

Tangan kanannya kembali merain segelas vodka untuk disesap. Kepalanya benar-benar mau pecah, semua masalah datang bertubi-tubi. Belum lagi, masalah ia dan ayahnya. Lelaki itu selalu menuntut kemajuan Lee Construction, padahal apa yang dicanangkan lelaki itu adalah bencana besar bagi perusahaan konstruksi mereka.

Arrgggh….” Pekiknya kesal,

Ia meraih ponsel putih miliknya, mencoba untuk menghubungi Yunho yang berada di luar negeri, siapa tahu lelaki itu bisa melacak dimana keberadaan istrinya. Atau paling tidak membantunya untuk mencari Hyejin,

“Yunho-ya…” suara Donghae terdengar frustasi

“Ada apa, Hae-ya?” tanya Yunho dengan tenang

“Hyejin menghilang,”

“Kau sudah menghubungi pihak berwajib?”

Donghae menggeleng lemah, kemudian menghela napas berat. Ia kembali menyadarkan tubuhnya kesofa, mencari kenyamanan dan ketenangan.

“Besok, besok aku akan menghubungi pihak berwajib,” ujar Donghae parau. “Yunho-ya, bisakah kau membantuku menemukan Hyejin? Aku tahu selama ini aku menyia-nyiakan dirinya, aku ingin menebus semuanya, Yunho-ya.” Suara Donghae terdengar frustasi dan putus asa, Yunho mengangguk lemah diseberang sana.

“Baik, aku akan membantumu,” ujar Yunho pelan

“Terima kasih, Yunho.”

“Hmm…., sampai bertemu lusa.”

***

Deras hujan yang turun seakan ikut menemani sepasang manusia yang tengah memadu kasih, entah siapa yang memulai lebih dulu, mereka saling menajajah dan mencicipi rasa masing-masing. Ketegangan yang sempat terjadi hanyalah bumbu semata.

Napas Yunho dan Nayoung tersengal—melepaskan panggutan bibir mereka—lalu tersenyum, kebahagiaan terpancar jelas dari wajah dan mata mereka. Yunho mengusap bibir Nayoung yang terlihat memerah dan bengkak akibat ciumannya. Tak ada kata yang terucap hanya kesan manis yang tertinggal disana, desakan untuk meminta lebih membuat mereka melupakan akal dan logika.Pakaian yang tadinya rapi kini sudah tak berbentuk, kemeja milik Yunho kini sudah kandas dibawah ranjang sedangkan sang istri hanya berbalut kain tipis yang tembus pandang.

Manis, hangat, nyaman, terasa saat keduanya menyatukan cinta dah tubuh mereka. Yunho tahu, meskipun Nayoung bukanlah wanita pertamanya, namun ia merasa inilah awal hidupnya. Tatapan mereka bertemu, wajah Nayoung kembali bersemu,

Yunho menundukkan wajahnya, menyambut kekasih hatinya menuju peraduan mereka—lagi– menuju surga mereka, menuju dunia yang hanya ada mereka berdua. Bersatu merengkuh keindahan cinta dan kasih sayang, hanya ada ia dan kekasih hatinya. Melepaskan segala beban dunia yang membuatnya frustasi.

***

Okesip, tolong jangan timpukan saya pake apa-apa yah *kedip.kedip.* saya tahu ini telat banget saya publishnya, saya minta maaf, ternyata dunia nyata saya terlalu sulit diatur. Pekerjaan saya sulit diatur dan ditinggalkan, apalagi masalah nyata itu lebih rumit daripada sekedar membuat masalah fiksi*plak*abaikan*

Saya tahu,banyak sekali kekurangan yang terjadi saat perjalanan bulan madu mereka, saya bener-bener minus dalam menjelaskan tempat, saya minta maaf jika itu terasa menganggu teman-teman pembaca 😀

Terakhir, jangan tanya dong, kapan lanjutannya :3 saya belum pikir pun #plak# dan kemungkinan ini akan jadi karya terakhir saya di dunia FF *kalau ide saya bener-bener udah dalam keadaan kritis* Kalau belum kritis kemungkinan saya akan membuat projek lagi (Asian Grup judulnya) okesip, Thanks untuk semua followers saya 😀 Love u all… *cium atu.atu*

Sekian terima kasih,

Salam sayang, @istribebek tercinta XD

31 respons untuk ‘Secret in Marriage

  1. qoyah cassie berkata:

    Wkwkkkk,, hhaahaa nayoung hamillll 😀 seru eonn, wkwkk,, tp msh pnasaran sma tae hwan, kasian hyejin nya.. Alhamdulillah g ada yg encii brlbihan dsni,, hhahaa
    oiya bkal lbh lengkap lg ni klo ada si caem imin,, wkwkkkk

    tega dirimu eonn, jlas ff mu msh byk yg blm slesai u,u
    maafkan daku jg krna mnjd reader rewal 😀
    cukup sekian :p

  2. Shin Min Mi berkata:

    akhirnya…………… dipublish juga lanjutannya
    lama banget nunggunya ampe rada-rada lupa ceritanya 😀
    nice… makin complicated aja ceritanya.. hyejin kasian banget ya.. donghae emang kurang ajar… :p
    oiya thor.. yg broken married dong…? kapan mo dilanjutin lagi..?

  3. changcubril13 berkata:

    Finally.. setelah entah hampir brp bulan lamanya nunggu, akhirnya di post jugaa.. Aaa ^^

    Unni, ff karya unni itu termasuk ff yg aku tunggu kelanjutannya & satu2nya ff yang cerita marriage life nya kayak real life banget menurut aku.. 😀

    No matter what, entah unni nglanjut ffnya masih lama lg. Tapi aku tetep setia nunggu kok, yg penting keep writing ya unni.. 🙂

  4. mutia berkata:

    ah finally ini ff apdet juga.

    jung yunho ♥ kim nayoung. suka banget chapter ini. akirnya perasaan mereka terungkap juga. ceritanya smakin complicated. donghae juga akirnya membuka hatinya untuk istrinya. semoga cinta yunho dan nayoung kekal abadi. /terbawa suasana/

    ditunggu chapter selanjutnya.. /doa nya sih biar apdetnya tak terlalu lama/ hehehe

    cingguuyaaa fighting nee *peluk* :3

    peluk mesra uno juga. ♥♥

  5. lestrina berkata:

    Akhirnya yang ditunggu2 dtg juga… Honeymoon tempat yunho n nayoung klihatan bgs tp sayang ga ada gambarnya. Waah donghae akhirnya jatuh cinta juga sama hyejin n yg cpt punya anak duluan donghae. Taruhan dimenangin sama donghae. Part berikut hyejin n donghae hrs kembali bersama. Next part ditunggu ya

  6. jewelchi berkata:

    AAAA……. akirnyaaaaa publishh juga, udah bulak balik di mobile opmin kaga nongol2, giliran buka pake PC pas bgt muncul.
    cus bacaaaaaaaa….

  7. syifasuju18elf berkata:

    akhirnya…………… muncul juga lanjutannya…..
    kangen pake bangetzzzz saya dengan ff ini…
    makin seru…. haeppa mulai sadar dari kesalahan… apa yang direncanakan hyejin y????
    mdh2n tdx ad hal buruk yang menimpa 2 pasangan tersebut (yunho-nayoung, haeppa-hyejin)
    haeppa udah berhasil nanaam benihnya eh si yunppa baru buat… pi siapa yang tahu kedepannya sapa tw tetep yunppa yang duluan punya baby… lanjutannya ditunggu ne …. fighting…. mudah-mudahan cepet publish … aaammmiiiiiinnn….

  8. syari berkata:

    aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakhirnya publis juga…..
    enggak tau udah berapa lama kita nunggunya…..
    ee ternyata donghae udah tercongkel hatinya yaaa…..
    disini juga yunho sama nayong udah berani…hahahahahaa…jangan tanya lanjutannya kann…
    q g nanya,,tp q menungguuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu 🙂

  9. She berkata:

    Woww,, aku suka pernannya nyonya jung,, lucuuu
    sma yunho yg superrrr kerenn dan berkharismaaaa,, ok siipp di tunggu lg thorrr

  10. kanahVIP berkata:

    subhanallah, sudah lumutan menunggu akhirnya terbit juga…. kenapa author suka membuat readers mu ini penasarab T___T
    next….next…next…. 😀

  11. An mimi berkata:

    Akhirnya setelah sekian abad #dijitambavivi# hehehe trimakasi udah di lanjut maaf baru baca padahal kemaren udah nanya hehehe, ah dari tadi senyum2 sendiri bayangin oppa saya jadi evil kekekeke taehwan saya masukin karung bekas aja ya, ganggu aja tu orang heran saya….. Yah hidup emang gak harus senang mulu kan harus ada sakitnya juga iyakan mba vivi hehehehe trimakasi ya udah di lanjut part slanjutnya smangaaaaaaaaaatttt saya tunggu

  12. nayy berkata:

    Dtunggubsekian bulan akhirnya publis juga dan kbr bhgiahnya Kayaknya sebentr lagi nyojya jung blkan punya ccu nie.., 😀

  13. ci2t berkata:

    wah……q ketinggalan
    iseng2 buka, setelah sekian bulan hiatus, akhirnya update jg
    yunho ternyata romantis juga, bulan madu mereka asli bikin envyyyyy bgt….
    g sabar nunggu mommen nayoung hamil, n gendong anak……Arghhh can’t wait this momment T__T

    tp knp nhe bkal jd karya author yg trakhir???? pdhal q ngefans bgt ma author….gaya nulisnya santai dg penggambaran yg nyata…..jd reader yng bc jadi ikut kbawa suasana…..Authornim Jjang ^.^

    tp q dkung apapun yg jd kputusan author, tp SIM lnjutin dlu ampe tmat ya thor, baru bleh hiatus lama…….kekeke

    Next Part Juseyo…..

  14. sayu berkata:

    tiap online buka blog ini, bolak balik, sapa tau ini udh publish. taunya udah… ihiyyyy sruuuu. nayoung yunho makin mesra ni yeee… taehwan ini apasih… poor donghae

  15. kyumikr berkata:

    aaaaaaaa… akhirnya kau comeback eon #histeris
    sumpeh aku bolak balik cek blog mu,nunggu post an ff mu dan taraaa hari ini setelah sekian lama penantianku atas dirimu kau keluar juga dari gua pertapaan mu kkk~ :Dv
    suit suit yunho nya nambah romantis ajah deh,dua duanya udh pada lebh terbuka satu sama lain.
    itu emak nya bang yunho mau ngirim apa itu?sajen atau obat kuat? wkwk
    serius ini nice plus koplak bgt deh ff nya. aku tunggu ff yg lainnya yuaa

  16. frabbani berkata:

    Akhirnyaaa di post jugaaaa

    sukaa banget sama part ini. untung nc nya gk terang2an. hehehe
    donghae udh mulai suka sm hyejin. hihihi
    Gina cepatlah kau enyah !!!

  17. kanahVIP berkata:

    haaaaaaaahh akhirnya publish juga thor… momen seperti inilah yang ditunggu2.lanjutkan thor, and please jangna lama2 😦

  18. Vitri berkata:

    Huahhhjangan berhenti ditengah jalan doong…. Ceritanya tuh kerennn bgt sumpah….. Gpp deh kalau lama ng’post nya yg penting dilanjuttt ga berhentiiii…..

  19. wari berkata:

    akhirnya dilanjuti
    mereka pasti akan menyesal banget aku dapat baca part 14 nya
    kesian nayoung baru bahagia langsung harus kehilangan anaknya

  20. kwonyunhee berkata:

    Aish, eon. Ini keren bgt, kereeeeen bgt eon. Nggak bsa brkta2 deh pokoknya, htiku tlah trtmbat pda sim eon, aiiih. Aku padamuuuu eoon
    Pnsaran gmna hubungan hae hye jin, yunho nayoung, sma gina kga taehwan eon, aiiih. Jga gmna truhan hae sma yun oppa, bkal lnjut atau mreka tobat? Aiiih, aihhh,

Your Comment become spirit for me ^ ^